Rezim Bashar al-Assad, yang telah memerintah Suriah selama lebih dari lima dekade, akhirnya tumbang. Pemberontakan yang terjadi secara tiba-tiba menyebabkan runtuhnya kekuasaan keluarga Assad. Bashar dan keluarganya melarikan diri ke Rusia, di mana mereka mendapatkan perlindungan dan suaka politik. Kejatuhan ini mengakhiri era pemerintahan dinasti Assad yang dimulai sejak Hafez al-Assad mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 13 November 1970.
Awal Kekuasaan Keluarga Assad
Hafez al-Assad, ayah Bashar, adalah seorang anggota komunitas Alawi, sebuah sekte minoritas yang hanya mencakup 12–15% populasi Suriah sebelum perang. Ia memanfaatkan posisinya sebagai komandan Angkatan Udara dan Menteri Pertahanan untuk membangun jaringan loyalis di militer dan Partai Ba’ath, yang kemudian membantunya merebut kekuasaan di tengah ketidakstabilan politik Suriah pada era pascakemerdekaan.
Untuk memperkuat rezimnya, Hafez mengangkat anggota komunitas Alawi, yang sebelumnya merupakan kelompok terpinggirkan, ke posisi strategis dalam militer dan pemerintahan. Pada saat yang sama, ia memanfaatkan perbedaan sektarian dan etnis untuk memecah potensi ancaman, memastikan tidak ada satu kelompok pun yang dapat menantang kekuasaannya. Strategi ini berhasil menjaga stabilitas kekuasaan selama puluhan tahun, meskipun Suriah adalah negara mayoritas Sunni.
Komunitas Alawi: Dari Terpinggirkan ke Puncak Kekuasaan
Komunitas Alawi mulai mendapatkan pengaruh politik sejak kemerdekaan Suriah pada 1946. Sebagai kelompok kecil yang memiliki keyakinan berbeda dengan Islam arus utama, mereka kerap menjadi sasaran diskriminasi. Namun, di bawah rezim Assad, komunitas ini naik ke puncak kekuasaan.
Secara tradisional, kaum Alawi memiliki praktik keagamaan yang unik, termasuk penghormatan terhadap Imam Ali, yang juga dihormati oleh kaum Syiah. Namun, mereka juga merayakan tradisi seperti Natal dan tahun baru Zoroaster, yang membuat mereka dipandang liberal atau bahkan sekuler oleh Muslim lainnya di Timur Tengah. Di Suriah, perempuan Alawi tidak diwajibkan mengenakan jilbab, dan banyak yang tidak menjalankan puasa atau salat secara rutin. Praktik ini sering kali membuat kelompok Sunni ortodoks menganggap Alawi sebagai sekte sesat.
Kejatuhan Bashar al-Assad dan Rekonsiliasi Baru
Ketika Bashar al-Assad mewarisi kekuasaan dari ayahnya pada tahun 2000, ia menghadapi tantangan baru, termasuk tekanan internasional dan pemberontakan domestik. Puncaknya adalah pemberontakan yang menghancurkan rezimnya dan memaksanya melarikan diri ke Rusia. Setelah jatuhnya rezim Assad, pemberontak Sunni dan tokoh-tokoh agama Alawi bertemu di Qardaha, kampung halaman keluarga Assad, di provinsi Latakia. Pertemuan ini menghasilkan deklarasi dukungan dari sejumlah tokoh Alawi terhadap pemerintahan baru Suriah, membuka jalan menuju rekonsiliasi dan babak baru dalam sejarah politik negara tersebut.
Warisan Dinasti Assad
Kejatuhan Bashar al-Assad menandai berakhirnya kekuasaan sebuah dinasti yang mendominasi Suriah selama lima dekade. Rezim ini dikenal dengan stabilitas yang ditegakkan melalui tangan besi, manipulasi sektarian, dan dominasi militer. Meski dinasti Assad telah berakhir, warisan dan pengaruh mereka terhadap politik, masyarakat, dan komunitas Alawi di Suriah akan tetap menjadi bagian penting dari sejarah negara tersebut.
Penulis : Pristian Alaika, Wakil Ketua Kebijakan Publik dan Hikmah PC Pemuda Muhammadiyah Kebayoran Lama